Analisa ini didasarkan pada keterangan pejabat Central Intelligence Agency (CIA) yang menyatakan Osama tidak bersenjata saat disergap oleh US Navy SEALs.
Sekjen Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES) Fahmi Salsabila mengatakan, dalam tradisi mujahid memegang teguh komitmen lebih baik mati daripada tertangkap hidup.
"Sebagai pimpinan mujahid, Osama memegang prinsip Hidup Mulia atau Mati Syahid. Jadi dia pasti lebih memilih mati daripada tertangkap hidup.
Fahmi merujuk kepada gembong teroris di Indonesia, Dr Azahari dan Noordin M Top yang memilih meledakkan bom dan memuntahkan tembakan melawan Densus 88. Hingga keduanya ditemukan tewas saat penyergapan.
Logika yang sama terjadi pada Osama, jika memang dia tak bersenjata mengapa harus ditembak mati oleh tentara AS? Fahmi menjelaskan, para pimpinan mujahid memiliki prosedur tetap (protap) jika akan tertangkap oleh lawan. Protap itu adalah melawan hingga mati atau bunuh diri.
"Osama tidak bersenjata, artinya ada yang menembaknya sampai mati. Daripada ditangkap hidup, Osama bisa meminta ditembak oleh orang dekatnya," terang Fahmi.
Seperti diberitakan, Osama Bin Laden pernah bersumpah tidak akan membiarkan dirinya ditangkap hidup-hidup oleh AS dan sekutunya. Dia pernah memberikan pistol berisi dua peluru kepada seorang pengawal pribadinya. Pengawal itu diperintahkan Osama untuk menembaknya jika dia akan tertangkap.
Hal itu terungkap dalam buku berjudul "The Osama bin Laden I Know: An Oral History" karya, wartawan CNN, Peter Bergen. Kutipan buku itu dilansir Reuters, Rabu (7/12/2005).
"Syeik Osama memberi saya pistol dan memilih saya sebagai pengawal pribadinya. Pistol itu cuma punya dua peluru untuk saya gunakan membunuh Syeik Osama jika kami terkepung atau jika dia akan jatuh ke tangan musuh, sehingga dia tak akan tertangkap hidup-hidup," tutur mantan kepala pengawal Osama kepada Bergen.(inilah.com)
Sekjen Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES) Fahmi Salsabila mengatakan, dalam tradisi mujahid memegang teguh komitmen lebih baik mati daripada tertangkap hidup.
"Sebagai pimpinan mujahid, Osama memegang prinsip Hidup Mulia atau Mati Syahid. Jadi dia pasti lebih memilih mati daripada tertangkap hidup.
Fahmi merujuk kepada gembong teroris di Indonesia, Dr Azahari dan Noordin M Top yang memilih meledakkan bom dan memuntahkan tembakan melawan Densus 88. Hingga keduanya ditemukan tewas saat penyergapan.
Logika yang sama terjadi pada Osama, jika memang dia tak bersenjata mengapa harus ditembak mati oleh tentara AS? Fahmi menjelaskan, para pimpinan mujahid memiliki prosedur tetap (protap) jika akan tertangkap oleh lawan. Protap itu adalah melawan hingga mati atau bunuh diri.
"Osama tidak bersenjata, artinya ada yang menembaknya sampai mati. Daripada ditangkap hidup, Osama bisa meminta ditembak oleh orang dekatnya," terang Fahmi.
Seperti diberitakan, Osama Bin Laden pernah bersumpah tidak akan membiarkan dirinya ditangkap hidup-hidup oleh AS dan sekutunya. Dia pernah memberikan pistol berisi dua peluru kepada seorang pengawal pribadinya. Pengawal itu diperintahkan Osama untuk menembaknya jika dia akan tertangkap.
Hal itu terungkap dalam buku berjudul "The Osama bin Laden I Know: An Oral History" karya, wartawan CNN, Peter Bergen. Kutipan buku itu dilansir Reuters, Rabu (7/12/2005).
"Syeik Osama memberi saya pistol dan memilih saya sebagai pengawal pribadinya. Pistol itu cuma punya dua peluru untuk saya gunakan membunuh Syeik Osama jika kami terkepung atau jika dia akan jatuh ke tangan musuh, sehingga dia tak akan tertangkap hidup-hidup," tutur mantan kepala pengawal Osama kepada Bergen.(inilah.com)
0 komentar:
Posting Komentar